Interaksi Simbolik Estetika Bentuk Kesundaan Melalui Usik Sanyiru Padanan Sebagai Bentuk Revitalisasi Tradisi Pencak Silat

Nugraha Sugiarta, Anggita Lestari

Abstract


This research aims to find out about the symbolic interaction of Sundanese aesthetic forms within Usik Sanyiru Padanan, which is an effort to revitalize the tradition of pencak silat. The researcher used a qualitative research method. The results show that Sundanese aesthetic forms within Usik Sanyiru Padanan area based on two important concepts i.e., opat kalima pancer and Sundanese aesthetic forms (triangle, square, and circle). Both concepts are the basis of the three styles in Usik Sanyiru Padanan, and deal with the idea of exist-exist, exist-empty and empty-empty. These concepts are the representation of destiny and humans as decreed by God. By perfecting oneself and using religion as one’s guide, their destiny will be flanked by virtue and wisdom. By interacting with their peers, the martial artists share an idea of the meaning of life: the desire to preserve the tradition of pencak silat art by mastering Usik Sanyiru Padanan and that the mastering of it will lead to the understanding of the Sundanese philosophical values. From this point, we can see that the revitalization of the pencak silat tradition through Usik Sanyiru Padanan essentially includes the preservation of Sundanese philosophical values. These values are rich with religious meaning and spiritual depth which are the guidance for the everyday life of Sundanese communities.

 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang interaksi simbolik estetika bentuk kesundaan melalui Usik Sanyiru Padanan sebagai bentuk revitalisasi tradisi pencak silat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol estetika bentuk kesundaan di dalam Usik Sanyiru Padanan bersumber dari dua konsep penting, yakni konsep opat kalima pancer dan konsep estetika bentuk kesundaan yang tertuang dalam bentuk segitiga, segi empat, dan lingkaran. Kedua konsep tersebut tertuang pada tiga gaya jurus yang terdapat pada Usik Sanyiru Padanan yang memiliki konsep isi-isi, isi-kosong, dan kosong-kosong yang merupakan pengejawantahan dari takdir dan diri manusia yang berasal dari Tuhan. Dengan menjalani laku diri yang sempurna dan berpedoman pada religiusitas, takdir tersebut akan berjalan beriringan dengan kebajikan dan kebijaksanaan. Melalui interaksi antar sesamanya, para pesilat menemui kesamaan makna mengenai kehidupan. Pertama, munculnya keinginan untuk mempertahankan tradisi pencak silat dengan menguasai Usik Sanyiru Padanan. Kedua, penguasaan terhadap Usik Sanyiru Padanan membuat para pesilat memahami setiap gerakannya mengandung nilai-nilai falsafah kesundaan. Dengan demikian, revitalisasi tradisi pencak silat melalui Usik Sanyiru Padanan pada hakikatnya berbicara mengenai pelestarian nilai-nilai falsafah Sunda yang sarat oleh makna religiusitas dengan kedalaman spiritual sebagai tuntunan hidup masyarakat Sunda di dalam menjalani kehidupannya.


Keywords


Symbolic interactionism, aesthetics of Sundanese form, usik sanyiru padanan, revitalization of the pencak silat tradition

Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.58258/jisip.v7i1.4181

Refbacks

  • There are currently no refbacks.




Copyright (c) 2023 Nugraha Sugiarta



Lisensi Creative Commons
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.

JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)
p-ISSN: 2598-9944, e-ISSN: 2656-6753
Jurnal ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pendidikan (LPP) Mandala.