Dampak Gempa Bumi Lombok Terhadap Prilaku Anak

Hetty Suryatningsih

Abstract


Bencana gempa yang berkekuatan 6,4, dan 7,0 skala Ricther ini telah memakan korban lebih dari 500 jiwa, Pusat gempa terletak pada jarak 28 km di Barat Laut Lombok Timur-NTB dengan kedalaman (hiposentrum) 10 km. Gempa ini termasuk jenis gempa Bumi dangkal yang biasanya amat merusak. Dampak trauma mental yang dialami anak-anak lebih besar dibandingkan dengan dampak secara fisik. Anak-anak tidak saja kehilangan orangtua, tetapi juga kehilangan pendidikan, teman, saudara, kehilangan keceriaan anak-anak, kehilangan lingkungan dan komunitasnya, dan yang paling mencemaskan adalah kehilangan masa depannya. Berbedanya gejala trauma dalam realitas yang dihadapi manusia perlu ditangani secara bijak oleh para ahli atau masyarakat secara utuh. Karena itu dengan terdeteksinya gejala-gejala awal dari suatu peristiwa trauma, maka akan memudahkan kita dalam upaya pemberian bantuan (konseling) secara baik dan kontinyu. Dalam melakukan konseling traumatik, keberadaan konsep deteksi awal akan menjadi hal yang penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh pemberi bantuan sehingga tergambar berbagai sifat atau jenis trauma yang diderita korban, seperti trauma ringan, sedang dan berat.

References


Amti, Erman dan Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004

Hallen, A. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

Nurihsan Achmad Juntika, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: PT Refika Aditama, 2006

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991

Sukardi Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000

Winkel dan Sri Hastuti dan Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yoyakarta: Media Abadi, 2006




DOI: http://dx.doi.org/10.1234/.v0i0.409

Refbacks

  • There are currently no refbacks.