SASTRA DAN POLITIK LOKAL: REPRESENTASI POLITIK LOKAL BIMA SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
Abstract
Ketegangan sastra dan politik sudah lama terjadi. Sejak masa kolonialisme, ketegangan antara sastra dan politik sudah terjadi. Pemerintah kolonialisme cenderung memisahkan antara sastra dan politik. Ketegangan tersebut kembali terjadi di era orde baru, dimana sastrawan yang menghasilkan teks sastra yang berbau politik akan menaggung resiko yang berat. Hal itu dibuktikan dengan deretan sastrawan yang hilang tanpa jejak gegara menciptakan sastra yang berbau politik. Ketegangan sastra dan politik tidak berhenti dan bahkan tidak akan berhenti. Ada banyak sastrawan melalui teks sastra menggunakan bahasa “satire” berbicara politik lokal. Sastrawan mampu mengambarkan prilaku politik lokal secara utuh dan sempurna. Atas dasar itu, dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bentuk praktik politik lokal dijalankan oleh penguasan, serta ingin mengetahui peran penguasan (Lokal bossism and local strong men) dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Politik Lokal dan Sosiologi Sastra. Kedua teori tersebut digunakan untuk melihat ketegangan sastra dan politik lokal yang ada di Bima. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan critical discorse analisys (diskursus analisis kritis). Karena dalam penelitian ini menggunakan subjek karya sastra maka sangat cocok digunakan pendekatan critical discourse analisys tersebut. Mengingat dalam penelitian ini menggunakan subjek sastra, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa pola yang dilakukan oleh penguasa dalam mempertahankan kekuasaannya, salah satunya bermain dengan menggunakan local strongmen. Dalam kalimat lain bahwa penguasan menggunakan orang - orang kuat yang ada di daerah untuk mempertahankan kekuasaan tersebut, baik itu pemodal, tokoh tokoh, dan lain sebagainya. Penguasa mencoba memasukan investor (tambang) ke daerah Bima demi mendapatkan modal pribadi. Namun, pola - pola seperti itu di lawan oleh anak anak muda (aktivis). Mereka tidak pola seperti itu ada di daerah Bima.
Keywords
Full Text:
PDFDOI: http://dx.doi.org/10.58258/jisip.v5i1.1711
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Farizan Fahmi, Herman Herman
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan)
p-ISSN: 2598-9944, e-ISSN: 2656-6753
Jurnal ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pendidikan (LPP) Mandala.